BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mendengar
kata keramik biasanya sebagian masyarakat akan mengartikannya secara terbatas
pada barang-barang gerabah seperti periuk, belanga, kendi, dan sebagainya,
padahal barang-barang tersebut merupakan produk dari keramik tradisional yang
ruang lingkupnya masih sangat terbatas.
1.2. Masalah Pokok
Kebanyakan
orang, istilah keramik bukan merupakan hal yang asing, baik dari istilah,
persepsi visual maupun pemahaman secara keseluruhan. Namun barangkali ada yang
sedikit mengalami kebingungan manakala mendengar istilah gerabah, lempung, clay, argiles, porselin, dan sebagainya. Sementara pemanfaatan benda-benda keramik
dalam kehidupan sehari-hari sudah semakin luas dengan semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian kiranya perlu adanya suatu
tinjauan kembali tentang keramik agar pemahaman kita tidak terjebak pada
cakupan yang sempit.
1.3. Tujuan Makalah
·
Sebagai penilaian tugas pengetahuan bahan dalam
topikyaitu keramik
·
Menjelaskan tentang
pengertian dari Keramik
·
Menmberkan informasi tentang jenis serta bahan baku
keramik
·
Memberikan penjelasan tentang klasifikasi keramik
·
Memberikan pemahaman cara pembuatan keramik tradisional
dan modern
·
Memberikan wawasan kepada pembaca sekalian tentag keramik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keramik
Keramik pada
awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos
yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Menurut Kamus ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, tembikar dan sebagainya. Tetapi
saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk
padat (Yusuf, 1998:2). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keramik memiliki
arti barang-barang yang terbuat dari tanah liat, dicampur dengan bahan-bahan
lain dan kemudian dibakar.
2.2. Jenis Bahan Keramik
Serta Bahan Dasar Keramik
Jenis-jenis bahan keramik
antara lain :
1.
Tanah Liat ( clay atau argiles atau lempung)
Tanah
liat (lempung) sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah
satu bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya
yang mudah didapat dan pemakaian hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau
80% dari kulit bumi terdiri dari batuan merupakan sumber tanah liat.
Tanah
liat banyak ditemukan di areal pertanian terutama persawahan. Tanah liat
memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah mempunyai sifat
plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila
dibakar akan menjadi padat dan kuat.
Pada
umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat (lempung) sebagai bahan baku
pembuatan bata dan gerabah.
Barang tanah liat dapat dikategorikan kedalam
tiga kelompok:
a. Gerabah
Gerabah
adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar pada
suhu maksimum 1000°C untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna untuk
membantu kehidupan. Gerabah memiliki tekstur yang unik seperti tanah,
teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya kedap air,
gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah
termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan keramik batu
(stoneware) atau porselin. Bata, genteng, paso, pot, anglo, kendi, gentong dan
sebagainya termasuk keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat
berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya.
b. Tembikar
Tembikar
adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan
membentuk tanah liat menjadi suatu objek. Alat tembikar yang paling dasar
adalah tangan. Tembikar memiliki tekstur yang dilapisi dengan glasir yang
beragam dan memiliki kesan yang alami dan hangat.
Jika
tanah liat yang digali dari tanah dipanaskan, maka bahan lumpur basah itu
berubah menjadi kuat, keras, dan kedap air. Itulah tembikar. Tembikar memiliki
banyak guna karena sifatnya sudah begitu berbeda dari tanah liat. Pengrajin
tembikar dapat membentuk tanah liat yang lunak menjadi berbagai macam barang,
mulai dari piring ceper sampai gentong jeluk. Setelah tembikar dipanaskan atau
dibakar maka bentuknya menjadi tetap. Seni tembikar sudah sangat tua. Para
pengrajin tembikar pertama ada di Timur Tengah 9.000 tahun silam.
c.
Porselen
Adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi
yang dibuat dari bahan lempung murni yang tahan api. Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna
putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada
umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih
tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh
sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras
seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi
porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini
mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri
karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan
cemerlang terhadap warna-warna glasir.
Porselen muncul di Jepang baru pada awal abad
ke-17, dalam masyarakat
Jepang kuno yang berbudaya tinggi, orang makan dan minum terutama dari barang
berpernis, tetapi hal ini mulai diubah oleh para ahli minum teh. Mereka mulai
menggunakan perangkat mangkuk dan piring keramik untuk makanan Kaiseki yang
disajikan sebelum teh, dan hal ini membawa pada penemuan bahwa keramik
memberikan dampak visual yang lebih dan daya tarik yang segar. Barang keramik
untuk upacara minum teh dipilih sesuai dengan musim.
Nasi, makanan pokok di Jepang, disantap dari mangkuk
kecil yang dipegang oleh tangan dan pada umumnya setiap anggota keluarga
memiliki mangkuk nasinya sendiri. Melalui kebiasaan di atas meja seperti itu
juga, orang Jepang telah mengembangkan kesenangan mereka terhadap barang
tembikar.
Sebagian orang mungkin
melihat keramik hanya merupakan bagian dari sebuah keunikan dan ketertarikan
semata. Namun, bagi masyarakat timur yakni Cina, Jepang, dan Korea keramik
memiliki nilai spiritual. Hal ini terlihat pada gambar-gambar atau ukiran yang
terdapat pada keramik-keramik tersebut. Seperti ukiran naga yang menggambarkan
dewa atau raja dan burung phoenix yang melambangkan dewi atau permaisuri.
Pada saat sekarang ini piring keramik sudah
menjadi sangat umum, kecuali untuk mangkuk dari barang berpernis yang halus
untuk sup miso, diminum dengan bibir mengenai mangkuk. Seperti dalam hal
pelaksanaan upacara minum teh, terkadang mereka memberikan sebuah nama untuk
menjelmakan peralatan yang sangat mereka sukai seperti sebuah cangkir teh,
jambangan, tempat air atau kotak dupa.
2.
Kaolin (Al2O3 2SiO2 2H2O).
Kaolin adalah jenis lempung yang mengandung
mineral kaolinit dan terbentuk melalui proses pelapukan. Kaolin merupakan jenis
tanah liat primer digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan keramik putih,
dan mengandung mineral kaolinit (Al2Si2O5(OH)4)
sebagai bagian yang terbesar, sehingga kaolin biasanya disebut sebagai lempung
putih. Kaolin adalah bahan keramik yang harus dicampur dengan bahan lainnya,
misalnya ball clay. Hal ini dilakukan untuk menambah keplastisan dan mengurangi
ketahanan api karena bahan ini bersifat kurang plastis dan sangat tahan api.
Titik lelehnya lebih kurang 1800°C. Kaolin digunakan untuk membuat gerabah dan
porselin.
Kaolin disebut juga china clay, termasuk
jenis tanah liat primer (residu) yang berfungsi sebagai komponen utama dalam
membuat campuran porselin, dan digunakan dalam keramik stoneware dan
earthenware putih. Kaolin berfungsi untuk pengikat dan penambah kekuatan badan
keramik pada suhu tinggi, porselin, barang-barang tahan api (refractory), juga
digunakan sebagai bahan pengeras dalam pembuatan glasir. Sifat-sifat Kaolin
(china clay): berbutir kasar, tidak plastis, relatif murni, warnanya putih, titik
leburnya tinggi yaitu ±18000C.
3. Kuarsa (SiO2)
Kuarsa
adalah salah satu komponen utama dalam pembentukan keramik dan banyak terdapat
di permukaan bumi (sekitar 60%). Kuarsa memiliki keplastisan rendah dan titik
lebur tinggi sekitar 1728°C, tetapi hasil pembakarannya kuat dan keras. Bahan
baku kuarsa dapat diperoleh dari batuan atau pasir kuarsa dengan kandungan
silica tinggi.
Kuarsa
mempunyai fungsi :
Mengurangi
susut kering, jadi mengurangi ada retakan dalam pengeringan.
Mengurangi
susut waktu dibakar sehingga tetap kualitas tetap baik.
4. Feldsfar
Feldsfat
adalah suatu kelompok mineral yang berasal dari batu karang yang ditumbuk. Bila
keramik dibakar, feldspat akan meleleh (melebur) dan membentuk leburan gelas
yang menyebabkan partikel tanah dan bahan lainnya melekat satu sama lain. Pada
saat membeku, bahan ini memberikan kekuatan pada badan keramik. Feldsfar tidak
larut dalam air, mengandung alumina, silica dan flux yang digunakan untuk
membuat glasir suhu tinggi, tetapi agar lebih memuaskan harus dicampur dengan
kaolin. Bahan ini banyak dipakai dalam keramik halus, gelas dan email.
Bahan-bahan dasar Keramik
Pada dasarnya bahan baku (dasar ) keramik
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Bahan Plastis
Bahan ini berupa tanah liat dengan kandungan
mineral dan tambahan yang berasal dari endapan kotoran. Mineral ini berupa
silikat, magnesium, besi.
2. Bahan pelebur
Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan
alumina silkat alkali beraneka ragam yang terdiri dari:
a) Orthose : (SiAl) O8K
b) Potassis Albite : (SiAl) O8Na,
sodis, dan
c) Anorthite : (SiAl) O8Ca,
Kalsis.
3. Bahan penghilang lemak
Bahan ini berupa bahan-bahan baku yang mudah
dihaluskan dan koefisien penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan ini
berfungsi sebagai penutup kekurangan-kekurangan yang terjadi karena plastisitas
dari tanah liat dan terdiri dari silica dan quartz.
4. Bahan tahan panas
Bahan ini terdiri dari bahan yang mengandung
magnesium dan silica aluminium. (Harefa, 2009).
2.3. Klasifikasi Keramik
Berdasarkan
teknik pembuatannya, keramik dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Keramik kuno (Tradisional)
Keramik
tradisional yaitu keramik yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin,
feldsfar, kuarsa yang dibakar dengan teknik pembuatan sangat sederhana dan
peralatan yang dipakai sangat tradisional. Keramik jenis ini biasanya berupa
alat-alat rumah tangga seperti guci, gerabah, kendi, dan lain-lain.
b. Keramik Modern (Fine Ceramics)
Keramik modern adalah keramik yang terbuat
dari bahan tertentu selain tanah liat atau lempung yang teknik pengerjaannya
sesuai kemajuan teknologi dan peralatan yang dipakai juga lebih modern
(canggih). Penggunaannya tidak terbatas hanya peralatan rumah tangga tetapi telah
meluas ke berbagai bidang, misalnya konstruksi, elektronika dan sebagainya.
Berdasarkan kegunaannya, keramik terbagi atas enam jenis
yaitu;
a. Keramik konstruksi
Keramik
konstruksi adalah keramik yang digunakan untuk bahan konstruksi bangunan karena
sifatnya yang keras, kuat dan tidak korosi. Contohnya, tegel, ubin, genteng,
batu bata dan lain sebagainya.
b. Keramik Berpori
Keramik
berpori adalah keramik yang memiliki banya pori, umumnya sangat ringan dan
digunakan sebagai filter (penyaring). Biasanya keramik jenis ini digunakan
sebagai isolator panas dan knalpot mesin.
c. Keramik
Elektronik
Keramik elektronik adalah keramik yang
digunakan sebagai bahan komponen elektronika karena sifat listriknya dapat
menjadi isolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor. Contohnya,
resistor, kapasitor dan dioda.
d. Keramik Optik
Keramik optik adalah keramik yang terbuat
dari bahan gelas dan dapat tembus cahaya. Contohnya, kaca jendela, peralatan
gelas.
e. Keramik
Refraktori
Keramik refraktori adalah keramik yang
tahan api atau tahan terhadap suhu yang tinggi dan banyak mengandung silika.
Biasanya keramik jenis ini banyak digunakan sebagai bahan tungku pada industri
dengan temperatur tinggi, misalnya industri peleburan besi dan baja.
f. Komposit
Keramik
Komposit keramik adalah keramik yang
diperkuat dengan matriks yang diproses pada suhu bakar rendah dan biasanya
digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan.
2.4. Proses Pembuatan
Keramik
1.
Tradisional
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk
membuat suatu produk keramik, yaitu:
1.
Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk
mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan
keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan
metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal.
Didalam pengolahan bahan ini ada
proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran
butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar
air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau
penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material
dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran
mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh. Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk
mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan
dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada
proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses
lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung
sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan
diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian
dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan
gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah
diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan
keplastisan yang maksimal.
2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah
bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada
tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan
langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
§ Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik
pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini:
teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
§ Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah
keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik.
Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam
bidang keramik.
Dibandingkan dengan keteknikan yang lain,
teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak
begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan
waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’
dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja
dengan kepala putaran yang berputar.
Benda yang dapat dibuat dengan keteknikan
ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring, mangkok,
vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja
putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual manapun alat putar masinal
yang digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan
dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan),
forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour
(merapikan).
§ Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak
dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold
yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak
padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan
adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang
digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini
adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis.
Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk,
maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah
untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan
keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
(1) Air
pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel
saling bersentuhan dan penyusutan berhenti,
(2) air
dalam pori hilang tanpa terjadi susut, dan
(3) air
yang terserap pada permukaan partikel hilang.
Tahap-tahap
ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk
menghindari retak atau cracking terlebih pada tahap 1. Proses yang terlalu
cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba
tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang
mengakibatkan penyusutan mendadak. Untuk menghindari pengeringan yang terlalu
cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah
tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin
pengering dapat dilakukan.
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan
keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat,
keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku (furnace) suhu
tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu
sintering (matang), atmosfer tungku dan mineral yang terlibat.
Pada proses pemanasan, partikel-partikel
bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses pemanasan ini
adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal
yang tersusun rapi dan sangat padat (Sumahamijaya, 2009).
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang
sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai
keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik
yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran
biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk
benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar
benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.
5. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang
dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi
glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda
kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk
benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir
pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air,
dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
2. Modern
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk
membuat suatu produk keramik, yaitu:
1. Pembentukan
Setelah
pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk meekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi
bentuk yang berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding). Proses
pembentukan ini diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection
molding, dan extruction. Setelah dibentuk, keramik kemudian dipanaskan dengan
proses yang dikenal dengan nama densifikasi (densification) agar material yang
terbantuk lebih kuat dan padat.
1. Slip Casting.
Slip Casting adalah proses untuk membuat
keramik yang berlubang. Proses ini menggunakan cetakan dengan dinding yang
berlubang-lubang kecil dan memanfaatkan daya kapilaritas air atau Air akan terserap cetakan dan segera
terbentuk lapisan lempeng yang kuat.
2. Pressure Casting.
Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan
pada cetakan dan diberi tekanan. Tekanan tersebut membuat bubuk keramik menjadi
lapisan solid keramik yang berbentuk seperti cetakan.
3. Injection Molding.
Proses ini digunakan untuk membuat objek yang
kecil dan rumit. Metode ini menggunaan piston untuk menekan bubuk keramik
melalui pipa panas masuk ke cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk keramik
didinginkan dan mengeras sesuai dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut
telah mengeras, cetakan dibuka dan bagian keramik dipisahkan.
4. Extrusion.
Extrusion adalah proses kontinu yang mana
bubuk keramik dipanaskan didalam sebuah tong yang panjang. Terdapat
baling-baling yang memutar dan mendorong material panas tersebut kedalam
cetakan. Karena prosesnya yang kontinu, setelah terbentuk dan didinginkan,
keramik dipotong pada panjang tertentu. Proses ini digunakan untuk membuat pipa
keramik, ubin dan bata modern.
2. Densifikasi
Proses
densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada
tungku (furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700oC. Pada
proses pemanasan, partikel-partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan
ini menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20% dari ukuran aslinya. Tujuan
dari proses pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan
mendapatkan struktur internal yang tersusun rapi dan sangat padat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah
mengalami proses pembakaran. Jenis bahan keramik antaranya adalah Tanah Liat
(lempung), Kaolin, Kuarsa dan Feldsfar.
Berdasarkan teknik pembuatannya, keramik dibedakan
atas dua jenis, yaitu :
Keramik kuno (Tradisional) dan Keramik Modern (Fine
Ceramics).
Berdasarkan kegunaannya, keramik terbagi atas enam
jenis yaitu;
Keramik konstruksi, Keramik Berpori, Keramik Elektronik, Keramik Optik, Keramik
Refraktori dan Komposit Keramik.
Proses pembuatan keramik ada 2 yaitu:
1. Tradisional meliputi :
Pengolahan bahan, Pembentukan, Pengeringan, Pembakaran, Pengglasiran.
2. Modern meliputi :
Pembentukan (slip casting, pressure casting, injection
molding, dan extruction) dan Densifikasi.
3.2. Saran
1. Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan
menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan
tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang
memuaskan.
2.
Kami mengharapkan adanya kritikan atau saran yang dapat
membangun untuk melengkapi makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
http://irma-teknikkimia.blogspot.co.id/2013/04/proses-industri-kimia-keramik.html
(Diakses pada hari Senin, 9 Mei
2016 Jam 12:11 WIB).
2.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25404/4/Chapter%20II.pdf (Diakses pada hari Senin, 9 Mei 2016 Jam
12:17 WIB).
3.
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/1290645.pdf?response-content-disposition=attachment&Signature=mguWu6Cxf7KjHVkEB9DzU2abKPw%3D&Expires=1462772114&AWSAccessKeyId=AKIAJ6D6SEMXSASXHDAQ
(Budiyanto, Wahyu G. dkk. 2007.
BUKU PETUNJUK PRAKTIK KRIYA KERAMIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional) (Diakses pada hari Senin, 9
Mei 2016 Jam 12:33 WIB).
4.
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/prosespembuatankeramik-bonita-151125174952-lva1-app6892.pdf?response-contentdisposition=attachment&Signature=DabDe6Uhv9F0viNBlDxeqIeqYjM%3D&Expires=1462857830&AWSAccessKeyId=AKIAJ6D6SEMXSASXHDAQ
(Diakses pada hari Selasa, 10
Mei 2016 Jam 12:19 WIB).